Wednesday, March 29, 2017

Tugas Manajemen SDM Pertemuan Ketiga #3


PENGEMBANGAN KARIR DAN PENILAIAN KINERJA

1.1          Pengertian Karir
Sebuah karir adalah melibatkan urut urutan dari pengalaman bekerja seseorang sepanjang waktu. Di dalam pengertian karir merujuk terhadap beberapa istilah karir seperti jalur karir (career path), tujuan karir (career goals), perencanaan karir (career planning) dan pengembangan karir (career development). Pengertian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Karir adalah semua pekerjaan yang telah dipegang atau di duduki selama kehidupan kerja seseorang pada satu atau beberapa perusahaan. Karir yang pernah diduduki bisa berada dalam satu perusahaan namun bisa berada dalam beberapa perusahaan. Bila berada pada satu perusahaan berarti berada dalam satu jalur karir. Jalur karir adalah pola pola yang berurutan dari pekerjaan pekerjaan yang pernah dipegang dan membentuk satu jalur karir. Untuk mencapai karir yang diinginkan di dalam satu perusahaan maka membentuk tujuan karir. Tujuan karir adalah posisi satu garis lurus di masa yang akan datang untuk mencapai bagian dari sebuah karir. Tujuan karir menyajikan sebagai acuan sepanjang satu jalur karir, yang akan ditempuh untuk itu dibutuhkan perencanaan karir. Perencanaan karir adalah proses yang mana satu tujuan karir telah dipilih dan jalur yang dijalani terhadap tujuan karir tersebut. Oleh karena itu di dalam praktek kerja membutuhkan perlunya pengembangan karir. Pengembangan karir terdiri dari satu perbaikan personal yang harus digaris bawahi untuk mencapai perencanaan karir personal.
Karir seseorang sangat penting, karena menjadi tahapan tahapan dari seseorang karyawan untuk membentuk jenjang jabatan yang direncanakan. Karir yang jelas akan menjadi incaran setiap karyawan, karena karyawan akan menjadikan pekerjaan yang ditekuni sebagai profesi yang mulia, profesional serta dapat dijadikan andalan di dalam kehidupannya untuk menghidupi keluarganya, selain itu akan bermanfaat bagi kemajuan organisasi atau perusahaan.
1.2          Perencanaan karir
Pada dasarnya di dalam pekerjaan setiap orang harus memiliki kesamaan karir (Career  equity),  artinya karyawan  menginginkan  kesamaan  di  dalam  system  promosi  dengan menghormati terhadap adanya peluang peluang baru    untuk kemajuan karir.  Di dalam  kesamaan karir masih diperlukan atau dibutuhkan seorang supervisor bagi karyawan, karena supervisor akan  menjadi              pengarah  untuk  mencapai  karir   yang  diinginkan.  Keterkaitan     supervisory (Supervisory  concern),  sangat  diperlukan  karena  karyawan  menginginkan   supervisors memainkan  sebuah peran aktif di dalam pengembangan karir  dan menyediakan umpan balik secara tepat waktu pada kinerja karyawan. Sehingga karyawan dapat memprediksi masa depannya, serta memiliki kesadaran terhadap peluang peluang jabatan dimasa depan. Pemahaman kesadaran adanya peluang (Awareness of opportunities), sangat dibutuhkan sebagai tuntunan dan pengetahuan tentang kerja secara utuh dengan demikian karyawan mencoba untuk mengetahui peluang peluang untuk kemajuan karir, karena sejak awal karyawan masuk sudah tertarik dengan adanya peluang kerja. Ketertarikan kesempatan kerja (Employment interest) ini harus diimbangi informasi yang cukup bagi karyawan dengan demikian karyawan akan meraih karir yang diidamkan sebagai karir yang fair dan karyawan padasaatnya bisa menduduki sampai puncak karir. Karyawan membutuhkan informasi yang berbeda terhadap jumlah dan perbedaan derajad dari ketertarikan kemajuan karir yang dimiliki hal tersebut bergantung pada bermacam macam factor. Sehingga akhirnya karyawan merasakan adanya kepuasan karir (Career satisfaction). Kepuasan karir karyawan bergantung pada pekerjaan yang diduduki dan usia mereka, dengan demikian memiliki perbedaan tingkat dari kepuasan karir.
Manfaat perencanaan karir
Perencanaan karir memberikan beberapa manfaat di antaranya adalah sebagai berikut:
1.                   Kesejajaran strategi dan persyaratan penyusunan staf internal (Aligns strategy and internal staffing requirements). Karir dapat digunakan perusahaan untuk membuat suatu strategi bagi masa depan perusahaan dan dapat dijadikan untuk memenuhi persyaratan penyusunan staf internal , oleh karena itu dapat diprediksi siapa karyawan yang tepat kelak akan menduduki jabatan tertentu, karena karyawan yang bersangkutan memiliki talenta atau bakat. Karir yang akan diduduki berdasarkan the right man in the right place and in the right time, bukan berdasarkan like and dislike. Perusahaan yang akan mengangkat atau mempromosikan karyawan yang menduduki suatu jabatan tertentu masih banyak yang berpedoman pada like dan dislike, bukan berdasarkan kompetensi atau profesionalitas. Dan lebih berbahaya apabila di dalam menempatkan posisi seseorang di dalam suatu jabatan berdasarkan kepentingan bukan karena kinerja seseorang, seperti mengamankan kedudukan, mengamankan asset, atau lainnya.
2.                   Mengembangkan kemampuan mempromosikan karyawan (Develop promotable employees). Karir yang diinginkan karyawan biasanya dapat memotivasi dan meningkatkan kinerja karyawan secara maksimal, sehingga karyawan mampu dipromosikan ketingkat yang lebih tinggi dari jenjang atau tingkat level sebelumnya. Karyawan yang dipromosikan pada jabatan yang menantang tentu akan disesuaikan dengan beban , tugas dan tanggung jawabnya, sekaligus juga meningkatkan income atau salarynya. Hal ini dikarenakan kejelasan jalur promosi yang akan menciptakan karyawan kreatif serta inovatif untuk mencapai ke jenjang yang lebih tinggi.
3.                   Menfasilitasi penempatan internasional (Facilitates international placement). Perencanaan karir juga bisa dijadikan alasan bagi perusahaan untuk memfasilitasi siapa karyawan yang akan di tempatkan di cabang cabang perusahaan atau bahkan di tingkat internasional, atau juga sebagai utusan perusahaan (representative) wakil perusahaan di negara lain.
4.                   Membantu dengan angkatan kerja yang berbeda (Assist with workforce diversity). Perencanaan karir juga dapat di gunakan untuk membantu angkatan kerja setiap tahunnya, apakah tingkatan atau level yang diduduki sudah sesuai seperti yang diharapkan atau masih ditingkatan yang lebih rendah. Dengan demikian dapat digunakan untuk memotivasi karyawan agar mampu mencapai level tertinggi dalam tempo yang singkat selama persyaratannya dapat dipenuhi.
5.                   Rendahnya turn over (Lowers turnover). Perencanaan karir dapat digunakan untuk memperkecil terjadinya turn over karyawan, karena karyawan merasakan adanya kecocokan dengan jalur karir yang diterima dan dapat dijadikan sebagai pemicu untuk meningkatkan prestasi yang lebih tinggi lagi dari karir yang sudah di dapatkan sangat ini. Berjalannya perencanaan karir akan menurunkan tingkat turn over karyawan di perusahaan yang bersangkutan
6.                   Ketukan ketukan potensi karyawan (Taps employee potential). Perencanaan karir juga untuk mengantisipasi adanya karyawan potensial yang selama ini masih belum terwadahi, dengan demikian juga dapat dijadikan peredam adanya potensi  gejolak di masa yang akan datang. Perencanaan karir sebagai ketukan potensi di mana saja terdapat karyawan yang berbakat. Karena karyawan dapat meningkatkan karirnya sesuai dengan potensi yang dimiliki.
7.                   Lebih jauh untuk pertumbuhan pribadi (Further personal growth). Perencanaan karir dapat dijadikan sebagai pemicu tumbuhnya kepribadian yang matang bagi karyawan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan pribadinya sesuai dengan potensi serta bakat yang dimilikinya untuk mencapai jalur karir yang terpuncak.
8.                   Mengurangi penimbunan (Reduce hoarding). Perencanaan karir juga dapat mengurangi tempat tempat yang disukai karyawan (basah) atau dapat juga menambah karyawan pada tempat yang kurang disukai karyawan (kering), sehingga terjadi keseimbangan di dalam penempatan kerja perusahaan. Istilah jalur basah dan jalur kering sering di kemukakan pada perusahaan yang di dalamnya ada yang mudah mendapatkan tambahan pendapatan dan yang sulit mendapatkan tambahan pendapatan. Padahal di dalam prakteknya tergantung kreativitas kerja karyawan.
9.                   Memuaskan kebutuhan karyawan (Satisfies employee needs). Perencanaan karir dapat memberikan tingkat kepuasan bagi karyawan, karena adanya perencanaan karir karyawan dapat memikirkan jalur karir yang disukai disesuaikan dengan bakat, minat, dan tanggungjawab yang di sukai. Oleh karena itu terdapatnya perencanaan karir akan memudahkan karyawan memuaskan kebutuhannya.
10.               Membantu perencanaan kegiatan yang direncanakan (Assist affirmative action plan). Perencanaan karir akan membantu karyawan untuk merencanakan kegiatan kegiatan yang sesuai dengan kegiatan mereka dan kegiatan organisasi, dengan demikian akan terjadi kesejajaran antara kegiatan karir karyawan dan kebutuhan organisasi.

1.3          Pengelolaan Karir
1.                   Pengorganisasian  yang  difokuskan  pada          individu  (Organization  focusing  on individuals). Pengelolaan karir yang benar difokuskan pada kebutuhan dan tuntutan individu dalam organisasi, tentunya harus searah dengan misi dan sasaran organisasi. Maju mundurnya organisasi tergantung apakah organisasiyang mampu memenuhi keinginan karyawan mencapai puncak karir serta organisasi mampu mencapai misi dan tujuannya.
2.                   Masuknya organisasi (Organizational entry). Pengelolaan karir perlu disesuaikan dengan kondisi internal organisasi yaitu kemampuan sumber daya yang tersedia di dalam organisasi. Namun demikian sumberdaya manusia yang dimiliki diharapkan mampu beradaptasi dengan lingkungan eksternal yang terus berubah dengan cepat. Keberanian menyesuaikan dengan tuntutan lingkungan yang terus berubah akan menyebabkan masuknya organisasi dalam industry yang lebih besar, dengan demikian organisasi semakin mapan dan mampu bertahan dan survive di tengah tengah persaingan yang semakin ketat.
3.                   Mentoring. Di dalam pengelolaan karir diperlukan mentoring, yaitu pemberian pengarahan, motivasi serta pelatihan bagi mereka yang belum mencapai karir tertentu, karena adanya mentoring, karyawan dapat dengan jelas dan gamblang mengetahui tahapan tahapan dan persyaratan yang harus dipenuhi untuk mencapai karir yang diinginkan.
4.                   Karir awal (Early career): bengaruh pada kerja pertama kali ( The impact of the first job). Karir yang pertama kali di inginkan akan berpengaruh besar terhadap karir karir selanjutnya. Karena karir pertama kali bagi karyawan adalah kali pertama karyawan mengetahui dunia kerja yang sesungguhnya, mereka ibaratnya masih kertas putih yang belum mengetahui bagai mana dunia nyata di dalam bekerja. Bekerja tidak hanya sekedar kerja, melainkan menggunakan segala potensi, kreasi dan inovasi untuk mencapai hasil maksimal, bahkan di dalamnya harus mampu mengatasi semua trik, intrik, maupun taktik dan strategi yang dilakukan karyawan lain yang tidak sesuai dengan misi, dan visi organisasi.
5.                   Organisasi memfokuskan pada pemeliharaan dan pertumbuhan yang mereka miliki (Organization focusing on their own maintenance and growth). Mereka yang memahami karir dengan benar tentu selalu terfokus bagaimana mereka tumbuh dan berkembang bagi diri pribadi maupun organisasinya. Bahkan mereka memelihara lingkungan organisasinya untuk tetap terfokus mengembangkan organisasinya secara maksimal.
6.                   Keputusan penyusunan staff internal (Internal staffing decision): Penyusunan staf organisasi tidak terlepas dari bagaimana organisasi memikirkan karyawan yang berbakat dan berprestasi untuk bisa dipromosikan (promotions) sehingga mereka dapat terpicu untuk terus berprestasi bagi perusahaan, bahkan bisamenduduki sampai puncak karir. Namun demikian bagi mereka yang tidak mampu mengembangkan karirnya, bisa jadi karirnya akan menurun (demotions), hal ini bukan dilandasi sentiment atau ketidak sukaan pada karyawan melainkan agar dapat dijadikan acuan bagi karyawan lain sehingga tidak melakukan kelalaian atau kealpaan yang sama didalam bekerja. Selain itu dapat dilakukan pemindahan tempat kerja baik di tempat kerja yang sama namun di bidang yang berbeda (transfer) namun dapat juga di pindahkan pada satu perusahaan di tempat yang berbeda dari perusahaan yang sama seperti cabang di luar kota atau anak perusahaan yang laian (relocations). Karyawan yang sudah tidak memenuhi persyaratan kerja karena sesuatu dan lain hal sudah tidak bisa melaksanakan tugasnya dengan benar dapat di lakukan pemberhentian sementara atau PHK (Layoffs), bisa juga dilakukan pension (retirement) atau diminta melakukan pengunduran diri (resignations). Di dalam pengunduran diri yang di lakukan secara sukarela karyawan tidak akan mendapatkan hak haknya selama mereka bekerja. Pada saat PHK karyawan masih mendapatkan hak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, demikian pula bagi mereka yang telah pension.
1.4          Pengembangan Karir
Di dalam MSDM perencanaan tenaga kerja sebagai program pembinaan karir. Tujuan kegiatan pembinaan ini adalah untuk memelihara (maintain) tenaga kerja dengan cara mengembangkannya, sesuai dengan bakat dan kemampuannya, agar bisa berfungsi dengan baik dan optimal dalam perusahaan.
Fungsi pembinaan ini biasanya menjadi tanggung jawab langsung dari para pimpinan perusahaan, dan bila diterapkan dengan baik akan dapat membangkitkan gairah kerja dan memberikan kepuasan kerja dikalangan pekerja yang pada akhirnya juga akan memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Sebagai pembina dan pimpinan manajer bertanggung jawab untuk mengembangkan karyawan sehingga menjadi lebih cakap dan terampil, lebih tinggi kualifikasinnya dan diharapkan kelak akan menggantikan posisinya sebagai manajer serta membantu pengembangan perusahaan. Di dalam pembinaan tidak hanya dilakukan oleh pimpinan atas saja namun juga pimpinan di bawahnya, termasuk supervisor. Supervisor yang berhasil menurut hasil penelitian menggunakan 30-40% dari waktunya untuk melakukan pembinaan terhadap bawahannya.
Karir dapat didefinisikan sebagai rangkaian dari pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang, dari posisi yang satu keposisi yang lain selama masa kerjanya.
Sedangkan pengembangan karir adalah salah satu fungsi MSDM dalam upaya membantu individu untuk merencanakan karir mereka di masa depan dalam perusahaan yang bersangkutan, dengan harapan dapat membantu perusahaan tersebut dalam mencapai tujuannya dan di lain pihak juga membantu individu dalam mencapai pengembangan dirinya secara maksimum.
Pengembangan karir individu, meliputi :
         Kinerja kerja (Job performance)
Karir seseorang ditentukan dari hasil kerjanya, serta disesuaikan dengan aturan dan persyaratan yang berlaku di dalam organisasi. Apabila semua aturan dan kinerja yang dilakukan sudah sesuai dengan persyaratannya sudah dapat dipastikan jenjang karir akan meningkat dan tidak ada alasan bagi perusahaan untuk menghalangi naiknya karir seseorang.
         Pengungkapan (Exposure)
Karir individu atau karyawan juga ditentukan oleh adanya keterbukaan yang terdapat pada perusahaan, semakin terbuka organisasi maka akan semakin mudah orang mencapai puncak karir. Dengan demikian semakin mudah karyawan mengungkapkan potensi yang dimilikinya secara maksimal. Namun semakin tertutup organisasi tempat dimana karyawan bekerja maka akan semakin sulit untuk meningkatkan bahkan mencapai puncak karir.
         Jejaring (Networking)
Karir seseorang tidak tertutup kemungkinan juga di tentukan oleh kemampuannya memiliki jaringan. Semakin banyak jaringan yang dimiliki akan semakin mudah karyawan organisasi untuk mengembangkan karirnya. Karena karir tidak hanya di bentuk langsung dari organisasi secara internal namun juga dari jejaring eksternal. Jejaring eksternal akan mempengaruhi kecepatan orang menuju puncak karir.
         Pengunduran Diri (Resignations)
Karir bisa meningkat jika di dalam jabatan structural terdapat lowongan jabatan disebabkan orang atau karyawan yang memegang jabatan mengundurkan diri. Kemampuan karyawan yang ada di bawahnya walaupun kadang belum memenuhi persyaratan dapat dipicu untuk menduduki tempat yang dirasakan masih lowong tadi.
          Loyalitas Organisasi (Organizational loyalty)
Karir seseorang juga tidak dapat dilepaskan dari loyalitasnya terhadap organisasi. Karena organisasi akan selalu melihat track record dari setiap karyawannya. Semakin loyal maka akan semakin mudah karyawan untuk diangkat atau dipromosikan ketingkat yang lebih tinggi. Namun sebaliknya jika karyawan dianggap tidak loyal maka akan semakin sulit untuk pengembangan karirnya, karena secara tidak langsung karyawan telah di black list.
         Mentors and sponsors
Karir seseorang juga tidak bisa dilepaskan dari pelatih atau mentor yang mengganggap seseorang dianggap mampu menduduki jabatan tertentu. Namun dapat juga karena masukan dari sponsors sehingga karyawan dapat ditingkatkan jabatannya. Dengan demikian peran mentor dan sponsor memiliki nilai lebih untuk mengangkat atau mempromosikan karyawan ke jenjang jabatan yang lebih tinggi.
         Key subordinates
Bagi organisasi yang demokratis atau organisasi social biasanya peran kunci untuk mempromosikan seseorang terdapat pada bawahan, dan mereka dapat mengangkat atau mempromosikan seseorang untuk menduduki suatu jabatan tertentu. Walaupun demikian banyak juga organisasi profesional sering terjadi bawahan dilibatkan untuk memilih seseorang yang dipandang cakap untuk menduduki jabatan tertetu, karena orang yang bersangkutan, dianggab kredibel dan capable.
         Peluang pertumbuhan (Growth opportunities)
Di dalam organisasi yang sedang tumbuh dan berkembang bisa saja seseorang yang memiliki bakat diangkat menduduki jabatan tertentu sebagai bentuk eksperimen karir. Karir dan jabatan mereka di uji agar bisa menangani masalah masalah yang dihadapi di tempat baru sesuai peran dan tanggung jawabnya. Keberhasilan menduduki posisi baru menunjukkan kemampuan orang untuk dipercaya menemban tugas yang lebih berat lagi.
         Pengalaman internasional (International experience)
Sering kali seseorang yang diangkat untuk naik dalam posisi jabatan tertentu karena mereka atau karyawan pernah mendapatkan pengalaman internasional, sehingga dianggap mampu menduduki jabatan tersebut.
Pengembangan karir dengan dukungan Departemen.SDM :
         Dukungan manajemen (Management support)
Di dalam pengembangan karir tidak bisa dilepaskan dari dukungan manajemen. Betapapun pandai dan cakap seorang karyawan apabila tidak mendapat dukungan dari manajemen maka karyawan tersebut tidak akan dapat ditingkatkan karirnya. Alasanya manajemen tidak mengangkat seseorang dengan alasan obyektif namun bisa juga dengan alasan subjektif. Namun biasanya alasan subjektif lebih dominan, daripada alasan objektif, karena di dalamnya terdapat berbagai kepentingan untuk tujuan tertentu.
         Umpan balik (Feedback)
Kenaikan karir biasanya diikuti adanya umpan balik dari karyawan lainnya, serta adanya masukan masukan dari karyawan yang ada dibawahnya. Umpan balik sangat penting untuk membantu penilaian agar seseorang yang dinaikan karirnya menduduki tempat secara objektif. Dengan demikian pengembangan karir seseorang bukan semata mata karena top down namunkarena ada keseimbangan usulan bottom up.
Kegiatan pengembangan karir meliputi aktivitas aktivitas sebagai berikut:
1.                   Menaksir atau menilai sikap, kemampuan dan potensi tenaga kerja secara   individual.
Kegiatan ini tentu saja dengan beragam penilaian selama proses kerja mereka di dalam suatu  organisasi,  serta  dilihat  sesuai  track  recordnya.  Di-sisi  yang  lain  juga
       kemampuan serta potensinya untuk mengembangkan organisasi secara keseluruhan di
       masa masa yang akan datang. Prestasi seseorang dinilai berdasarkan keberhasilan yang
       dilihat selalu meningkat dan konstan dalam kurun waktu tertentu, sehingga seorang
       karyawan dapat ditingkatkan karirnya.
2.                   Menetapkan  arah / jalur   yang tepat antara pekerjaan dihubungkan dengan keinginan dan  cita  cita  individu,  dengan  harapan  agar  terdapat  kesesuaian  antara  pencapaiantujuan perusahaan dengan tenaga kerja yang dimiliki, baik  dalam jumlah dan kualitas yang tepat, di lain pihak juga mampu memenuhi keinginan tenaga kerja dalam mengembangkan dirinya secara maksimum.
Program pengembangan karir erat kaitannya dengan beberapa kegiatan MSDM lainnya seperti penilaian prestasi kerja serta pengembangan tenaga kerja, program pendidikan dan pelatihan.
Hal yang perlu diperhatikan didalam merumuskan program karir, yang pertama perlu dirumuskan secara terpadu, bersifat objektif, didukung data yang mutakhir (up to date), dan data kepegawaian yang lengkap.
1.5          Penilaian kinerja
Setiap karyawan yang bekerja tidak bisa dilepaskan dari penilaian kinerjanya. Penilaian kinerja umumnya dilakukan setiap enam bulan namun dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan dan telah dilakukan evaluasi ulang. Tujuan penilain kinerja meliputi hal hal berikut:
1)      Perbaikan Kinerja (Performance improvement)
Penilaian kinerja untuk melihat kondisi objektif tenaga kerja yang tersedia, dimana letak kekuatannya dan dimana letak kekurangannya. Kekuatan yang dapat diidentifikasi sejak dini terus dipertahankan sedangkan kekurangannya segera dapat dibenahi dan di penuhi sehingga dapat digunakan untuk melakukan perbaikan kinerja secara menyeluruh.
2)      Penyesuaian kompensasi (Compensation adjustment)
Penilaian kinerja juga dapat digunakan untuk melakukan penyesuaian kompensasi. Karena penilaian kinerja dapat dikaitkan dengan kompensasi direct seperti incentive, bonus, bahkan dapat dihubungkan dengan kompensasi indirect yang lainnya.
3)      Keputusan penempatan (Placement decisions)
Penilaian kinerja juga dapat untuk mengetahui dimana karyawan cocok atau sesuai dengan bidang tugasnya sehingga karyawan merasa pas untuk menduduki tempat dimaksud. Keputusan penempatan yang berdasarkan penilaian hasil kerja dapat membantu karyawan untuk merencanakan karirnya secara tepat pula.
4)      Kebutuhan Pelatihan dan pengembangan (Training and development needs)
Penilaian kinerja untuk melihat kondisi objektif letak kekurangan karyawan, dengan demikian karyawan dapat dilatih atau di kembangkan sesuai kebutuhan perusahaan. Kondisi ini akan membantu peningkatan kinerja perusahaan secara menyeluruh.
5)      Pengembangan dan perencanaan karir (Career planning and development)
Penilaian kinerja juga dapat digunakan untuk membantu karyawan dimana mereka di tempatkan dan pada posisi mana mereka cocok untuk mengembangkan dan merencanakan karir mereka.
6)      Ketidak cukupan proses penyusunan staf (Staffing process deficiencies)
Adanya penilaian kinerja dapat membantu mengidentifikasi di mana terjadi kekurangan staff, sehingga tempat yang dirasakan kurang dapat dipenuhi dari tempat lainnya yang di anggap sudah tercukupi atau kelebihan staf.
7)      Informasi yang tidak tepat (Informational inaccuracies)
Penilaian kinerja juga dapat mengatasi terjadinya ketimpangan di dalam pelaksanaan kerja karyawan akibat adanya informasi yang tidak tepat. Oleh katrena itu ketidak tepatan ini bisa di atasi oleh karyawan yang di anggap memiliki kemampuan untuk menyelesaikan persoalan yang timbul akibat informasi yang tidak tepat tersebut.
8)      Kesalahan rancangan kerja (Job-design errors)
Penilaian kinerja dapat dilakukan untuk mengidentifikasi sejak dini kemungkinan adanya rancangan kerja yang salah yang mengakibatkan karyawan tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya secara tuntas. Untuk itu penilaian kinerja dapat dijadikan rujukkan untuk segera melakukan perubahan terhadap rancangan kerja yang dimaksud, sehingga hasilnya menjadi maksimal.
9)      Peluang kesempatan kerja (Equal employment opportunity)
Penilaian kinerja akan memberikan dampak bagaimana perusahaan menyusun peluang kesempatan kerja yang sama secara fair, jujur dan penuh tanggung jawab, sehingga karyawan bisa menyelesaikan dan termotivasi di dalam bekerja agar jenjang karirnya terus meningkat.
10)   Tantangan eksternal (External challenges)
Penilaian kinerja dapat pula untuk membantu karyawan agar bisa menyesuaikan dengan perubahan lingkungan eksternal. Perubahan lingkungan eksternal harus diantisipasi oleh semua karyawan lebih lebih yang mempunyai bakat dan memiliki potensi untuk selalu bisa menyesuaikan dengan perubahan lingkungan eksternal untuk itu perlunya diberikan incentive yang layak dan memadai.
11)   Umpan balik terhadap sumberdaya manusia (Feedback to human resources)
Penilaian kinerja dapat dijadikan rujukan bagi karyawan bahwa sumberdaya manusia dapat memberikan umpan balik bagi hasil kerjanya bagi setiap karyawan maupun bagi organisasi secara menyeluruh. Tujuannya adalah agar di dapat kan format penilaian kinerja secara tepat bagi organisasi.

1.6          Elemen dari penilaian kinerja
1.       Standar kinerja (Performance standards)
Penyajian Standar kinerja dapat digunakan untuk dijadikan acuan dihadapkan dengan kinerja yang diukur. Misalnya satu orang karyawan dalam satu hari mempunyai standard kerja di suatu pabrik mebel menyelesaikan finishing 5 buah kursi, namun kenyataannya karyawan ada mampu menyelesaikan 6 buah kursi berarti kinerjanya melebihi standard, sebaliknya jika satu hari karyawan hanya mampu menyelesaikan 4 buah kursi berarti kinerjanya di bawah standard. Standard kerja bermanfaat untuk memberikan kompensasi, incentive, bonus ataupun tambahan kompensasi yang lainnya.
2.       Ukuran kinerja (Performance measures)
a.      Ukuran objectif (Objective measures)
Ukuran kinerja objektif adalah indicator dari kinerja kerja karyawan yang memiliki kemampuan dan dapat diverifikasi dengan lainnya dan biasanya ukurannya adalah kuantitatif. Contohnya finishing kursi rata rata karyawan 5 buah namun kenyataannya hanya mampu menyelesaikan 4 buah kursi atau bahkan lebih dari 6 buah kursi. Kondisi obyektif ini dapat dijadikan sebagai acuan standard kinerja rata rata kinerja karyawan. Maksudnya agar pemberian kompensasi menjadi adil dan obyektif.
b.      Ukuran subjektif (Subjective measures)
Ukuran kinerja subjektif adalah ratings yang didasarkan pada standar personal atau pendapat dari yang mampu melaksanakan pekerjaan dan dilakukan evaluasi, namun kinerja subjektif tidak memiliki kemampuan untuk di verifikasi dengan yang lainnya. Misalnya karyawan mampu menyelesaikan 4 kursi namun sesuatu dan lain hal mereka diminta oleh pengusaha (pemilik) untuk mengerjakan tugas lain yang lebih mendesak sehingga yang bisa diverifikasi adalah yang 4 buah, sedangkan tugas yang lain tidak bisa diverifikasi karena mereka diminta melakukan tugas lain oleh manajemen, tugas yang lain yang dilakukan tenaga kerja yang bersangkutan menjadi ukuran subjektif. Ukuran subjektif sering dilakukan oleh pimpinan karena pimpinan menggunakan prosedur yang mudah dan hemat dari pada harus melakukan tes atau seleksi. Dengan demikian kebijakan pimpinan menggunakan ukuran subjektif di dalam pengukuran kinerja, penilaian, dan kompensasinya tergantung si pemberi tugas.

1.7          Tantangan dalam penilaian kinerja
Di dalam perusahaan banyak tantangan untuk memberikan penilaian secara objektif bagi karyawan, karena penilaian kinerja dinilai dan dilihat dari berbagai sisi dan berbagai sudut, tantangan tersebut yaitu meliputi:
1)      Legal Constraints
Keterbatasan aturan atau hukum menjadi salah satu kendala terhadap penilaian kinerja secara obyektif. Karena aturan dan hukum hanya sebagai aturan formal dan norma yang di dalam prakteknya sering di langgar dengan adanya kebijakan.
2)      Rater biases
Tingkat kesalahan yang terlalu lebar juga menjadi problem terhadap penilaian kinerja. Bias terjadi karena yang masuknya berbagai kepentingan pribadi atau golongan.
3)      The halo effect
Pengaruh hallo effect juga menjadi kendala yang menyebabkan terjadinya kesalahan di dalam pengambilan keputusan terhadap penilaian kinerja. Hallo effect adalah pengaruh kebiasaan yang terjadi di dalam lembaga atau perusahaan di dalam pengambilan keputusan, karena pimpinan terdahulu mengambil keputusan yang berulang ulang yang terus saja diikuti oleh pimpinan saat ini.
4)      The error of central tendency
Kecenderungan pengambilan keputusan yang salah yang dilakukan oleh para pejabat dahulu cenderung di ulang para pejabat yang menduduki posisi di masa kini. Sehingga kesalahannya terjadi di pusat.
5)      Leniency and strictness bias
Kesalahan yang sering terjadi di dalam penilaian adalah kesalahan subyektif pengambil kebijakan yang cenderung kaku dan tidak mau mendengarkan pendapat pihak lain, termasuk bawahannya.
6)      Cross-cultural biases
Kesalahan yang lain yang sering terjadi adalah adanya kebiasaan yang berlawanan yang mengakibatkan keliru terhadap penilaian seseorang. Misalnya orang yang diam dianggap tidak mampu, atau orang yang pandai berbicara sudah dapat dipastikan mereka dapat bekerja dengan baik, padahal belum tentu benar.
7)      Personal Prejudice
Purbasangka pribadi atau prasangka jelek terhadap seseorang atau pribadi, mengakibatkan terjadinya kesalahan di dalam memberikan penilaian pada seseorang.
8)      The regency effect
Efek kedaerahan atau kesukuan juga mengakibatkan penilaian yang cenderung salah pada kinerja seseorang. Misalnya karena pimpinannya berasal dari suatu daerah kemudian karyawan ada yang berasal dari daerah yang sama dianggap memiliki kinerja yang baik

1.8          Metode penilaian
Perusahaan di dalam melakukan penilaian terhadap kinerja karyawan dapat melakukan melalui berbagai macam metode tergantung tujuan dan sasaran yang ingin dicapai di dalam penilaian kinerja karyawan. Berbagai metode penilaian kinerja meliputi, sesuai.
1.       Post -oriented:
·       Rating scales Checklists
·       Forced choice method Critical incident method Accomplishment records
·       Behaviorally anchored rating scales Field review method
·       Performance tests and observations Comparative evaluation approaches

2.       Future-oriented
·       Self appraisal
·       Management by objectives
·       Psychological appraisal
·       Assessment centers

1.9          Implikasi dari proses penilaian kinerja
Keberhasilan system penilaian kinerja dituntut lebih baik daripada hanya sekedar teknik yang baik. Hal itu bergantung pada pendekatan yang konsisten dengan kemampuan yang dapat diperbandingkan berdasarkan hasil, ukuran dan standar yang jelas, dan bias-free ratings. Implikasi dari proses penilaian kinerja, adalah:
1.       Training raters and evaluators
Penilai dan pemberi evaluasi training dalam jangka pendek dikaitkan dengan program training, dan dalam jangka menengah berdampak pada keterampilan sumberdaya manusia dan jangka panjang ber akibat meningkatnya kinerja dan return organisasi.
2.       Evaluation Interviews
Melakukan Interviews evaluasi adalah sesi review kinerja yang memberikan umpan balik utama karyawan tentang kinerja mereka masa lalu atau potensi kinerja.
System manajemen kinerja yang efektif (Effective Performance Management System), menyangkut persyaratan system penilaian yang efektif (Requirements of effective Appraisal systems), hal yang mendapatkan perhatian adalah sebagai berikut:
                     Relevansi (Relevance)
                     Sensitivitas (Sensitivity)
                     Keterandalan (Reliability)
                     Kemampuan penerimaan (Acceptability)
                     Kemampuan praktis (Practicality)

0 comments:

Post a Comment